Header Ads Widget

Sinuwun Memberi Nama Pesanggrahan Parangjoro

Parangjoro tahun 1975 an - Masa Pindahnya Kantor Desa Dari Pesanggrahan Parangjoro


Pesanggrahan Parangjoro.

Sinuwun kemudian membangun pesanggrahan lagi di sebelah barat pasanggrahan Langenharjo, jaraknya kurang lebih 1 ½ pal ke atas, diberi nama Parangjoro.

Bangunan ini juga menghadap ke timur ke arah sungai. Setiap sinuwun datang ke Parangjoro naik kereta, menginap atau pulang sore hari naik perahu mengikuti aliran singai, kemudian mampir ke Langenharjo. Dari Langenharjo naik perahu lagi sambil bermin kembang api yang membuat anak-anak desa di sepanjang sungai yang dilewati sinuwun merasa senang. Sesampainya di daerah Juruk lalu turun dari perahu berganti naik kereta yang sudah disiapkan, lalu kembali ke kraton. Kraton Surakarta memiliki 81 perkebunan.

Hasil dari perkebunan tersebut banyak sekali. Keuntungannya berlipat ganda. Sehingga bisa dikatakan kaya raya (Darsiti, 2001 : 62). Bumi Narawita adalah tanah yang berfungsi penghasilan, pemasukan serta meningkatkan kas Kraton Surakarta. Sebetulnya Kraton Surakarta mempunyai beberapa tanah yang dijadikan sebagai lahan bisnis.

Misalnya: tanah untuk pendirian pabrik gula Manisharjo, kebun tembakau di Tegal Gondo Klaten, kebun teh di Ngampel Boyolali dan kebun kopi di Kembang Semarang (Wiranegara, 2005: 7). Tentu saja tanah-tanah tersebut telah memberi kontribusi besar terhadap eksistensi Kraton Surakarta. Biaya dari hasil tanah ini digunakan untuk pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan.

Pada hari Senin Paing tanggal 10 bulan Rejeb tahun Be 1808, dengan sengkalan Kaesti Kombul Murti ing Bumi atau 30 Juni 1879, dengan sengkalan Trus Kaswareng Murtining Rat, di dalam istana ada pertemuan. Sinuwun menerima kedatangan komandan Bintanging Orde Vranes Josep dari negara Oostenrijk dari raja di Oostenrijk, diterima oleh tuan residen diiringi tuan asisten residen serta sekretaris tuan Juru Bahasa, tuan Militer Komandan serta para opsir, serta KGPAH Mangkunagoro sekeluarga yang menjadi tuan rumah pada pertemuan tersebut. setelah komander memakai soho, surat dari Oostenrijk lalu dibaca. Lalu memberi penghormatan dengan membunyikan meriam, setelah itu pertemuan selesai. Sinuwun dan permaisuri sering keluar untuk jalan-jalan ke pelosok negeri naik kereta diikuti oleh para putra dan petinggi, diikuti para abdi dalem yang naik kuda. Jika musim sedang terang, Sinuwum jalan-jalan pada sore hari sekitar jam 5, kalau musim hujan, pagi hari sekitar jam 8-9. Hal tersebut membuat senang para kawula yang daerahnya dilewati.

Post a Comment

0 Comments