Header Ads Widget

Kenangan Tugu Lilin Tempo Dulu

Pojok-pojok keramaian tempat titik temu jalur desa kebanyakan ditandai dengan keramaian khusus. Seperti tempat nongkrong di saat sore hari atau waktu tertentu. Keramaian transit biasanya juga dimanfaatkan utk transaksi konvensional saat itu. Atas inisiasi Bopo Jono, B.A titik pertemuan 3 RT , dan jalur jln utama desa Parangjoro itu ditandai dengan bangunan tugu. Dengan maksud sbg perssinggahan sementara bagi yg mau menuju desa. Tugu berbentuk lilin saat itu dibangun. Pondasi berbentuk segitiga kala itu. Karena merupakan titik temu 3 dukuh. Lilin melambangkan penerangan sederhana yang cukup instan manakala blm ada listrik. 

Tugu Lilin Google Map
Hampir setiap pagi anak² sekolah menunggu teman dan angkutan menuju jalan raya Solo Wonogiri yang terdekat yaitu Telukan. Sekedar menunggu teman, menanti boncengan, dll. Bahkan untuk sekedar janjian bertemu tugu lilin jadi tempat favorit dan aksesible saat itu. Saat HP dan alat komunikasi modern blm spt saat ini.

Mbak Sisum adalah salah satu warga yg memanfaatkan pojok tugu lilin sebagai titik transaksi jual beli ayam. Dengan sekedar duduk.menunggu penjual atau pembeli ayam menjadikan Tugu Lilin makin ramai. Seiring waktu para warga merasa terbantukan saat butuh uang instan dengan membawa ayam piaraannya ke tugu Lilin.

"Mbak babonku iki wis pantes dipayoke drg mbak? " Nada sederhana terucap sambil menenteng ayam babon piaraan warga yg juga sebagai tabungan. Memang memelihara ayam hampir sebagai usaha sampingan yang saat itu digemari warga. 

Alasan sederhananya untuk memanfaatkan sisa dapur daripada dibuang percuma. Dengan memiliki ayam piaraan hampir sisa dapur termanfaatkan. Tanpa harus merawat ekstra dan njlimet ayam-ayam warga tumbuh beranak pinak. Tugu Lilin lah tempat membuka celengan ayam mereka. Dan mbak Sisum siap setiap pagi menukarnya dengan rupiah.

Ndorojoyo

Post a Comment

0 Comments